Recent Posts

Recent Comments

FAJRI 99.3 FM


Tinggal Click

Jualan Buku Tanpa Modal

Sudah Gratis, Tok Cer lagi

smadav antivirus indonesia

La haula wa la quwwata illa billah. Entah apa jadinya negeri ini beberapa tahun ke depan jika anak bangsanya sudah rusak moralnya semua. Di bawah ini, saya ingin mengutip satu buah berita yang saya ambil dari kompas.com tentang seorang nenek tua yang masuk penjara karena ditipu oleh anaknya. Terus terang yang membuat saya menampilkan berita ini adalah karena saya merasa begitu sedih ketika membacanya, bahkan kalau tidak ditahan, bisa tumpahlah air mata ini. Mudah-mudahan berita ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

kompas.com- Dua tahun sudah Nenek Salbiyah (75) menghuni Lembaga Pemasyarakatan Batam. Bukan karena salahnya ia dipenjara, melainkan ironisnya justru karena ulah anaknya sendiri.

Nenek asal Medan itu dianggap terlibat penggelapan uang ratusan juta rupiah. Sebab, dia ikut membubuhkan tanda tangan dalam surat utang yang dibuat anaknya itu. "Saya tidak tahu apa-apa. Yang minjam uang anak saya," kata Salbiyah sambil menghapus air mata yang bercucuran di pipinya, Senin (11/1/2010).

Cerita bermula pada tahun 2005 ketika ia dibawa Irwansyah merantau ke Batam. Bersama putra tercintanya itu, ia tinggal di kawasan Batam Kota. Salbiyah mengaku tidak tahu usaha yang dilakukan anaknya. Ia percaya saja, putranya itu melakukan yang terbaik untuk menafkahi dirinya yang semakin tua.

Irwansyah memang memberikan uang untuknya, sesekali Rp 100.000, untuk makan sehari-hari.

Suatu saat, ia disodori surat utang oleh anaknya. Tanpa curiga, ia langsung membubuhkan tanda tangan tanpa rasa curiga. "Irwansyah bilang, uang itu dipinjam untuk partai," kata dia. Entah partai apa, dia juga tak tahu.

Ternyata, itulah awal petaka. Irwansyah menghilang dengan membawa semua uang pinjaman itu. Ia pun meninggalkan sang ibu yang sudah renta itu sebatang kara di kota yang belum lama dikenalnya.

Persoalan kemudian bergulir ke proses hukum. Salbiyah pun harus menghadapi persidangan sebagai pesakitan. Akhirnya, ia pula yang harus menerima kenyataan pahit dijatuhi hukuman empat tahun penjara oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Batam.

Tak pernah ditengok

Sejak itu, Nenek Salbiyah resmi menjadi penghuni LP Batam. Sepanjang dua tahun, tak seorang pun kerabatnya pernah menengok. Itu termasuk Irwansyah, anak kelimanya yang sudah tega menjebloskannya ke penjara.

Nenek yang akrab disapa Opung itu mengaku pernah mencoba menghubungi beberapa anaknya yang berada di Jakarta dan Medan, tetapi tak tersambung. Padahal, ia berharap bertemu dengan putra sulungnya, Sutrisno, yang berada di Jakarta.

Akhirnya, ia hanya bisa pasrah. Toh sudah tidak ada yang bisa diharapkan. Ia kemudian menjadikan semua teman sesama penghuni LP yang umumnya jauh lebih muda sebagai anak-anaknya. "Tidak apa-apa, anak-anak (sesama narapidana) sudah saya anggap anak dan cucu sendiri," kata dia.

Di LP, Opung tinggal dalam sel bersama 10 tahanan perempuan lain. Ia memilih tidur beralaskan kain panjang di pojok ruangan. Sehari-hari, tidak banyak yang dilakukan Opung bertutup kepala lusuh itu. Ia hanya melakukan ibadah, berjalan pagi, dan sesekali merajut.

Setiap pagi, seusai shalat subuh, Opung mengitari lapangan lapas dibantu narapidana lain. Maklum, Opung tidak mampu berdiri sendiri. Tulang-tulangnya sudah menua, tidak bisa menahan beban tubuhnya yang relatif berat.

Kepala Lapas Batam Agus Budi mengatakan, Opung biasanya dua kali mengitari lapangan. "Itu saja sudah sangat berat untuk opung, kakinya sudah tidak kuat," kata Agus.

Seusai jalan pagi, Opung biasanya bercengkerama dengan narapidana lain. Menjelang siang, perempuan berbaju kurung dan kain itu tidur. Menurut Agus, Opung Salbiyah sangat taat beribadah. Opung tidak pernah melewatkan shalat dan puasa sunat.

Opung, kata Agus, juga sakit-sakitan. Beberapa kali Opung mengeluh diare.
"Mencret-mencret, tapi tidak ada sakit berat," kata Agus.

Kepergok Pak Menteri

Nasib malang Opung Salbiyah akhirnya terkuak beberapa saat lalu ketika Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar berkunjung ke Lapas Batam, dan tidak sengaja bertemu Salbiyah. Menteri merasa iba dan menugaskan Kepala Lapas membuat surat permohonan amnesti atau grasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kalapas pun segera menindaklanjuti tugas Menteri.

Menteri juga meminta Salbiyah dibawa ke panti jompo terbaik di Kota Batam. Namun, saat diberitakan kabar tersebut, tidak ada raut bahagia di muka Salbiyah. "Ya... terserah saja," kata Salbiyah.

Ia mengatakan betah di penjara karena tidak pernah kekurangan asupan makanan dan selalu dikelilingi narapidana lain yang siap membantunya. Toh, tidak ada keluarga yang siap menampung bila ia ke luar penjara.

"Saya mau tinggal di mana, kalau ke luar penjara, ke mana saja yang mau menampung sayalah," kata dia.

0 komentar

Post a Comment

Yuk.Ngeblog.web.id

Pengikut Seiman

Pesan Tulisan


ShoutMix chat widget