Dunia itu Bundar Seperti Baso Kali ya?

Siapa sih yang gak kenal dengan baso. Kuliner satu ini memang sudah begitu dikenal oleh setiap ujung lidah masyarakat indonesia. Dari laki-laki sampai perempuannya, dari nenek-nenek sampai anak kecilnya.
Nah..., baru 5 menit yang lalu perut saya ditendang habis-habisan oleh salah satu makanan favorit saya ini.

"Wah..., pasti basonya ajib, dimana belinya?" Mungkin diantara pembaca ada yang mau bertanya seperti itu?

Ya memang ajib basonya! Tapi, bukan ingin membahas tentang bakso, tenda-tenda bakso pilihan saya dan lain sebagainya yang berhubungan dengan bakso yang membuat saya membuat tulisan ini. Bukan... Tapi tentang lintasan pikiran yang tiba-tiba muncul ketika saya mau menyelesaikan lahapan terakhir dari baso yang sebelumnya berjumlah 7 buah itu. Kenapa memang? Nah itu dia, ketika masih tersisa baso terakhir itu saya jadi merasa sayang kalau harus memakannya, karena setelah yang satu itu tidak ada lagi, habis, dimakan sayang gak dimakan masih belum puas, dan kalaupun harus beli dan beli lagi, bisa tekor saya.
Nah... Dari situlah saya berpikir, bahwa ternyata, dunia itu sempit, mungkin sesempit baso bundar yang saya makan itu, atau bahkan bisa lebih sempit lagi, pun kenikmatannya semu, cepat habis dan tidak bisa memuaskan... subhanallah
Itulah lintasan pikiran saya ketika itu yang bagi saya memberikan lecutan yang cukup lumayan besar di dalam hati untuk bersemangat di dalam mengejar akhirat. Karena di akhiratlah kenikmatan hakiki itu benar-benar akan saya rasakan. saya yakin itu.

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. Al-An'aam: 32)